Kisah Ibrahim Khawwas dengan seorang budak - Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Ibrahim Khawwas menuturkan, "Aku
telah bertemu di Padang Sahara dengan seorang budak yang berlenggang
tangan tanpa bekal apa-apa.Lalu aku bertanya,'Hai anak muda,hendak pergi
kemana engkau?' Lalu dia menjawab, 'Aku hendak pergi ke Mekah'
Aku penasaran dan bertanya,'Mengapa engkau berlenggang tangan tanpa bekal apa pun untuk perjalanan sulit seperti ini?'
Dia menjawab,'Wahai tuan, alangkah lemahnya keyakinan tuan ini, percayalah bahwa Allah Yang Mahakuasa menciptakan langit dan bumi, Dia berkuasa pula mengantarkan aku ke Mekah tanpa bekal dan kendaraan.'
Lalu, ketika aku sampai di Mekah, aku melihat dia sedang bertawaf di Baitullah sambil berkata, 'Hai nafsu, jalan terus dan jangan kau cintai selain Allah, Tuhan Yang Mahaagung, tempat meminta seluruh kebutuhan yang kita butuhkan.'
Lalu ketika dia melihat ke arahku, ia berkata, 'Ya Syaikh, apakah tuan masih tetap lemah keyakinan?"
Riwayat di atas adalah kisah seseorang yang telah sedemikian tinggi tingkat keyakinannya.Namun, ingatlah bahwa keadaan semacam ini tidaklah mutlak diperlukan, sebab para nabi pun yang sudah sangat kuat keyakinannya masih suka membawa bekal, hanya saja mereka tidak menyandarkan diri dan menggantungkan harapan pada bekal tersebut.Tapi, sepenuhnya bertawakal kepada Allah SWT.
---Disarikan dari Minhajul 'Abidin karya Imam Al-Ghazali
Dia menjawab,'Wahai tuan, alangkah lemahnya keyakinan tuan ini, percayalah bahwa Allah Yang Mahakuasa menciptakan langit dan bumi, Dia berkuasa pula mengantarkan aku ke Mekah tanpa bekal dan kendaraan.'
Lalu, ketika aku sampai di Mekah, aku melihat dia sedang bertawaf di Baitullah sambil berkata, 'Hai nafsu, jalan terus dan jangan kau cintai selain Allah, Tuhan Yang Mahaagung, tempat meminta seluruh kebutuhan yang kita butuhkan.'
Lalu ketika dia melihat ke arahku, ia berkata, 'Ya Syaikh, apakah tuan masih tetap lemah keyakinan?"
Riwayat di atas adalah kisah seseorang yang telah sedemikian tinggi tingkat keyakinannya.Namun, ingatlah bahwa keadaan semacam ini tidaklah mutlak diperlukan, sebab para nabi pun yang sudah sangat kuat keyakinannya masih suka membawa bekal, hanya saja mereka tidak menyandarkan diri dan menggantungkan harapan pada bekal tersebut.Tapi, sepenuhnya bertawakal kepada Allah SWT.
---Disarikan dari Minhajul 'Abidin karya Imam Al-Ghazali
0 komentar:
Posting Komentar